Ciri khas suku dani ini sangat unik sekali untuk diketahui. Pasalnya suku dani memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh suku manapun. Nah, suku dani sendiri menjadi suku terbesar yang berada di kawasan Lembah Baliem, Pegunungan Tengah, Papua.
Suku dani sendiri rata-rata bermata pencaharian sebagai petani atau peternak. Kekayaan alam yang ada di Papua membuat masyarakat suku dani bisa hidup tanpa merasa kekurangan. Keberadaan dari suku dani pun sudah dikenal hingga ke beberapa penjuru dunia.
Ciri Khas Suku Dani
Yang menjadi ciri khas suku dani adalah masyarakatnya yang bekerja sebagai petani trampil. Pemukiman suku dani berada di antara Bukit Grasberg dan Bukit Esberg dimana kedua bukit tersebut kaya akan kandungan tembaga, emas dan perak.
1. Rumah Adat Suku Dani
Ciri khas yang dimiliki suku dani yang pertama adalah rumah adatnya yang bernama Honai. Rumah adat Honai tersebut memiliki karakteristik rumah berbentuk bundar serta ukurannya yang mungil. Dindingnya tersebut dari kayu dan atapnya berupa jerami. Jarak antara langit-langit rumahnya tidak sampai 1 meter.
Namun ada juga rumah berbentuk persegi panjang yang disebut Ebeai atau Honai Perempuan. Rumah adat Honai dan Ebeai ini dibedakan dari jenis kelamin penghuninya. Honai untuk penghuni laki-laki sedangkan Ebeai untuk penghuni perempuan. Dan yang menjadi karakteristik dari rumah adat ini adalah di dalamnya tidak terdapat perabotan apapun.
2. Kepercayaan
Kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat dani menjadi ciri khas suku dani. Masyarakat dani memiliki dasar religi yaitu menghormati roh nenek moyang mereka. Biasanya mereka akan melaksanakan upacara pesta babi sebagai bentuk penghormatan.
Konsep kepercayaannya sendiri adalah Atou, yang berarti kekuatan sakti para nenek moyang yang diturunkan secara patrilineal. Kekuatan tersebut berupa kekuatan dalam menjaga alam, menyembuhkan penyakit, dan menyuburkan tanah.
3. Bahasa
Ciri khas yang dimiliki suku dani selanjutnya adalah Bahasa keseharian mereka yang terbagi menjadi dua dialek. Yang pertama dialek dani barat atau biasa dikenal sebagai Bahasa Laany atau Lani. Bahasa ini digunakan oleh sekitar 134.000 jiwa. Dan yang kedua yaitu Bahasa dialek dani lembah besar atau dani baliem. Sedangkan untuk penutur Bahasa dialek dani lembah besar ini hanya sekitar 50.000 jiwa saja.
4. Kesenian Tradisional
Masyarakat dani memiliki ciri khas yang unik, salah satunya adalah kesenian tradisional yang dimiliknya. Ciri khas yang dimiliki suku dani dari segi kebudayaan dan keseniannya adalah :
- Tradisi potong jari. Setiap ada anggota keluarga dekat yang meninggal, maka anggota keluarga yang ditinggalkan akan menunjukkan sikap duka citanya dengan cara memotong jari. Hal tersebut menjadi symbol kesedihan akibat kehilangan dan juga menjadi upaya untuk mencegah malapetaka. Hal ini menjadi ciri khas suku dani.
- Menghormati nenek moyang. Untuk menghormati leluhur yang telah lebih dulu berpulang, masyarakat dani akan membuat Kaneka atau lambang dari nenek moyang tersebut. Selain itu ada juga upacara keagaaman seperti Kaneka Hagasir yang bertujuan untuk mensejahteerakan masyarakat dani.
- Tradisi poligami juga menjadi kesenian tradisional suku dani. Sebuah keluarga yang biasa disebut dengan panggilan batih akan tinggal di suatu tempat bernama slimo. Nah, biasanya satu desa terdiri dari 4 slimo yang dihuni oleh 10 keluarga.
Kesenian tradisional suku dani memang unik dan beragam. Namun apapun itu sebagai masyarakat Indonesia harus tetap menghargai setiap kepercayaan masing-masing individu maupun golongan.
5. Makanan Khas Suku Dani
Ciri khas suku dani selanjutnya bisa dilihat dari segi makanannya yang bernama papeda. Ya, papeda merupakan makanan khas suku dani yang banyak dinikmati oleh turis asing yang berkunjung ke Papua. Di Papua sendiri, sagu menjadi tanaman pokok yang sangat penting. Seperti halnya masyarakat Indonesia yang berada di pulau jawa yang menjadikan beras sebagai tanaman pokoknya.
Papua memiliki hutan sagu yang terhampar luas dan terbesar di dunia. Maka tan heran jika sagu menjadi makanan pokok masyarakat dani dan sekitarnya. Sagu inilah yang kemudian diolah menjadi sebuah makanan bernama papeda. Papeda ini memiliki tekstur yang lengket dan hampir mirip dengan lem.
Untuk rasanya sendiri sedikit tawar, namun hal itulah yang menjadi poin penting dari makanan khas suku dani tersebut. Papeda ini menjadi makanan tradisional yang sangat dihormati disana. Bahkan papeda selalu disajikan saat ada upacara adat ritual suku seperti upacara Watani Kame, yaitu upacara penanda berakhirnya siklus kematian masyarakat dani di Papua.